≡ Kisah Nadin Amizah Yang Menyanyikan Luka Dengan Lembut 》 Her Beauty

Kisah Nadin Amizah Yang Menyanyikan Luka Dengan Lembut

Advertisements

Di tengah gemuruh industri musik yang makin penuh warna dan dentuman beat, ada satu nama yang menenangkan seperti teh hangat di sore hari, Nadin Amizah. Lahir di Bandung pada 28 Mei 2000, Nadin bukanlah tipe penyanyi yang mengejar viralitas lewat sensasi. Ia memilih jalur sunyi, tapi justru berhasil menggema sampai ke telinga ribuan orang yang merasa “terwakili” oleh lirik-liriknya.

Sebagai penyanyi dan penulis lagu, Nadin dikenal lewat gaya bernyanyi yang pelan namun mampu merasuk ke hati pendengarnya. Suaranya lembut, bahkan cenderung seperti bisikan, tapi justru di situlah kekuatannya. Lagu-lagunya terasa sangat personal, seolah-olah ia sedang membaca isi diary-nya sendiri, lalu mengizinkan kita untuk ikut membacanya.

1. Ketika Hati Menemukan Rumah

Perjalanan musik Nadin dimulai saat usianya masih 17 tahun. Ia diajak kolaborasi oleh Dipha Barus dalam lagu All Good, sebuah single EDM yang catchy dan ceria. Tapi meski lagu itu membawa namanya dikenal luas, Nadin merasa musik EDM bukanlah rumahnya. Ia lebih nyaman berada di ruang yang lebih lirih dan jujur: folk, balada, dan akustik yang menggambarkan dirinya sebenarnya.

Keputusan untuk “pulang” ke genre yang lebih personal itulah yang kemudian menjadi pondasi pada album debutnya, Selamat Ulang Tahun, yang dirilis tepat di hari ulang tahunnya ke-20, pada 28 Mei 2020. Album ini bukan lahir hanya sebagai milestone, tapi juga semacam pernyataan: inilah aku, Nadin Amizah yang sebenarnya.

2. Untuk Semua Orang

Yang membuat album Selamat Ulang Tahun begitu istimewa adalah cara pembuatannya. Semua lagu ditulis sendiri, direkam di kamar, dan diproduseri dengan penuh rasa. Tidak ada studio mewah atau produser besar, hanya Nadin dan kejujuran.

Meski melalui proses yang sederhana, hasilnya malah luar biasa! Lagu-lagu seperti Rumpang, Bertaut, dan Sorai berhasil menyentuh banyak hati, terutama generasi muda yang sedang belajar memahami luka dan tumbuh dari dalamnya. Bahkan Bertaut sempat jadi lagu nomor satu di Spotify Indonesia dan jadi soundtrack emosional banyak orang.

3. Lirik Puitis Yang Bikin Kita Berhenti Dan Merenung

Kalau ada satu hal yang membuat musik Nadin beda dari penyanyi lain, itu adalah lirik-liriknya. Ia menulis dengan cara yang sangat puitis, tapi tetap membumi. Kata-katanya terdengar seperti kutipan dari puisi lama, namun tetap relevan dengan keresahan masa kini. Misalnya, dalam Taruh, ia menulis “Kalau begitu, taruh aku di hatimu yang baru…” — terdengar sangat sederhana, tetapi terasa dalam dan menyentuh.

Ia memang mengaku sangat mencintai bahasa. Ketertarikannya pada struktur kalimat, diksi, dan puisi membuat setiap lagunya terasa seperti karya sastra mini. Ia juga terinspirasi dari ibunya, yang katanya sering berbicara dengan kata-kata indah sejak ia kecil. Dari situ, ia belajar bahwa kata-kata bukan cuma berfungsi sebagai alat komunikasi, tapi juga bisa menjadi alat penyembuh di tangan yang tepat.

4. Manggung Bergaya Vintage Dan Nyeker

Kalau Anda pernah nonton Nadin manggung, pasti sadar satu hal: dia sering tampil nyeker. Tanpa alas kaki, hanya berdiri di atas panggung dengan gaun vintage dan rambut dikepang. Menurut Nadin, jika dia merasa tidak nyaman dengan bajunya, maka ia juga takkan bisa bernyanyi dengan jujur. Jadi, ia memilih busana yang membantunya merasa “di rumah”, bahkan di hadapan ribuan penonton.

Loading...

Penampilannya yang nyentrik dan konsisten ini kemudian jadi ciri khas dari seorang Nadin Amizah. Gaya old-soul yang dikombinasikan dengan konsep visual yang dreamy membuatnya tampak seperti tokoh fiksi yang tiba-tiba keluar dari buku.

5. Dari Bandung Ke Times Square

Kejujuran Nadin dalam berkarya ternyata tidak hanya diapresiasi di dalam negeri. Pada 2021, wajahnya terpampang di billboard Times Square, New York, sebagai bagian dari kampanye Spotify EQUAL, yang mendukung kesetaraan gender di industri musik. Momen itu jadi simbol bahwa karya yang lahir dari tempat kecil dan personal bisa menembus batas-batas global.

6. Dunia, Cinta, Dan Semua Kekotorannya

Tahun 2023, Nadin kembali dengan album keduanya, Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya. Kali ini, ia membawa narasi yang lebih matang dan gelap. Album ini dibagi dalam tiga fase: fase jatuh cinta, fase merayakan, dan fase kehilangan. Dari lagu Berisik yang terasa penuh euforia, sampai Rayuan Perempuan Gila yang penuh luka dan satire, album ini menunjukkan betapa Nadin makin berani menyuarakan hal-hal yang dulu mungkin ia pendam.

Dan yang menarik, Rayuan Perempuan Gila sempat masuk tangga lagu Billboard Indonesia, menandakan bahwa sisi eksperimental Nadin pun masih bisa diterima luas.

7. Nama Instagram Yang Aneh Tapi Ikonik

Nama akun Instagram-nya adalah @cakecaine — gabungan dari cake, yang dia benci karena terlalu manis, dan cocaine, yang jelas bukan sesuatu yang dia pakai. Unik? Banget! Tapi justru dari ketidaksukaan itu lahir identitas yang kini melekat pada dirinya.

Nadin Amizah bukan hanya seorang penyanyi. Ia adalah penulis, penyair, dan pelukis luka yang tahu cara mengubah rasa sakit menjadi lagu. Musiknya bukan untuk dinikmati sambil lalu, tapi untuk didengarkan saat malam sedang sepi, atau saat hati butuh tempat pulang. Dan mungkin, itulah kenapa banyak orang merasa dekat dengannya. Karena dalam dunia yang serba cepat dan berisik saat ini, Nadin datang membawa keheningan, yang justru paling dibutuhkan setiap kita.

Kalau Anda sedang mencari musik yang bisa menemani proses healing, atau sekadar ingin merasa dimengerti tanpa harus menjelaskan apa-apa, coba putar lagu-lagu Nadin. Siapa tahu, Anda menemukan potongan diri Anda yang pernah hilang. Ada lagu Nadin yang paling Anda suka? Beritahu kami di kolom komentar ya!

Advertisements